Rabu, 21 Desember 2011

Proses Definisi Kebudayaan



Sejak awal abad ke-20 kebudayaan cenderung kita pahami sebagai konsep yang akademis, tetapi tetap saja kita saksikan, alami, jalani, selenggarakan dan cerdasi sebagai realitas empiris. Sebagai realitas empiris kebudayaan itu adalah fenomenen yang multikompleks. Sebagai konsep, dia hanya ada dalam pikiran kita dan merupakan bagian terpenting dalam upaya kita untuk memahami realitas eksistensi kita yang kompleks dan paradoksal, namun menyangkut semua orang tanpa terkecuali.kita memahami kebudayaan sebagai konsep dalam upaya untuk memahami substansinya, mengenal anatominya, mengetahui fungsi dan cara kerjanya, serta mengantisipasi kecenderungannya maupun kegagalannya.
Dalam filsafat sangat biasa terjadi bahwa orang merumuskan definisi yang berbeda untuk satu pengertian yang sama, atau sebaliknya, menamai suatu realitas yang sama dengan istilah yang berbeda-beda.
KBBI menjelaskan istilah budaya sebagai : 1) pikiran ; akal budi : hasil budaya; 2) adat istiadat : menyelidiki bahasa dan budaya; 3) sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju) : jiwa yang berbudaya; 4) sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.” Sedangkan istilah kebudayaan dijelaskan sebagai “1) hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2) keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang diberikan oleh beberapa pemikir lain sebagai berikut.
Menurut JWM Bakker istilah budaya dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah ‘abhyudaya’ dalam bahasa sansekerta dan dalam bahasa itu “menegaskan : hasil baik, kemajuan, kemakmuran yang serba lengkap sebagaimana dipakai dalam kitab Dharmasutra dan dalam kitab-kitab agama Buddha untuk menunjukan kemakmuran, kebahagiaan, kesejahteraan moral dan rohani, maupun material dan jasmani, sebagai kebalikan dari nirvana atau penghapusan segala musibat untuk mencapai kebahagiaan di dunia.” Merujuk kepada Gonda, lebih jauh lagi JWM Bakker mengindikasikan bahwa bahasa Jawa membedakan istilah kebudayaan sebagai cultuur dalam bahasa Belanda yang mencakup culture dan civilization dalam bahasa Inggris di satu pihak, dari istilah ‘kabudidayaan’ dalam arti cultures dalam bahasa Belanda yang berarti plantations (perkebunan) dalam bahasa Inggris.
Lain lagi Supartono yang menulis “kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.” Namun dia setuju dengan ekuivalen ‘culture’ dalam bahasa Inggris dan ‘cultuur’ dalam bahasa belanda yang masih mempunyai konotasi pengerjaan tanah, seperti asal katanya dalam bahasa latin cultura (dari colere) yang memang bertautan dengan pengerjaan tanah sebagai agriculture.
Kebudayaan menurut E. B. Taylor pada tahun 1871 dalam bukunya Primitive Culture dimana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dalam sejarah ilmu pengetahuan Eropa, dimana studi tentang antropologi kebudayaan dan filsafat kebudayaan mula-mula berkembang, pengertian belanda cultuur, culture (Inggris) dan kultur (Jerman) disatu pihak, yang berhadapan dengan istilah peradaban sebagai civilisatie (belanda), civilization (Inggris) dan zivilisation (Jerman) dan di lain pihak juga telah menjalani evolusi konotatif. Selagi cultuur belanda mula-mula lebih relevan dengan urusan perkebunan dan kultur Jerman yang lekat dengan pendidikan, maka couture Prancis lebih berwarna gaya pergaulan masyarakat kelas atas. Istilah culture Inggris memaknai pola dan cara hidup suatu masyarakat dan adalah yang paling dekat dengan apa yang kita pahami sekarang dengan kebudayaan. Pengertian culture Inggris sebagai way of life itulah yang sekarang lazim digunakan dalam wacana tentang kebudayaan.
Dalam wacana zaman kita, pemahaman tentang kebudayaan sudah jauh melampaui konotasi pengerjaan tanah belaka atau bahkan juga alam, dan semakin mencakup kesegalaan serta bahkan meraup segala kemungkinan yang berkenaan dengan eksistensi manusia. Pada tataran empiris kita sering berjumpa dengan istilah kebudayaan dengan makna cultivation dalam konteks seni dan apa yang disebut sebagai social graces atau juga body of artistic works, yaitu persis seperti yang dimaksudkan dalam malam kebudayaan atau pekan kebudayaan dan karya-karya seni rupa. Dalam antropologi kebudayaan istilah kebudayaan hendak lebih banyak menunjukkan kepada pengalaman dan gaya hidup yang dipelajari dan diakumulasi, diteruskan serta dikembangkan dan dengan begitu nyaris merujuk kepada perjalanan sejarah manusia.

Sumber
Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kusumohamidjojo, Budiono. 2009. Filsafat Kebudayaan: Proses Realisasi Manusia. Yogyakarta: Jalasutra.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons