Kidung Purwa Jati
dandanggula
Ana kidung rumekso ing wengiTeguh hayu luputa ing laraLuputa bilahi kabehJin setan datan purunPaneluhan tan ana waniMiwah panggawe alaGunaning wong luputgeni atemahan tirtaMaling adoh tan ana ngarah ing mamiGuna duduk pan sirna
Merupakan syair yang
diciptakan oleh sunan Kali jaga berisi puji dan doa kepada Tuhan agar
dihindarkan dari segala macam gangguan. Jika diartikan secara bebas maka makna
dari syair diatas kurang lebih sebagai berikut :
ada kidung (lagu) yang menjaga
di malam hari. Lagu yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas
dari segala petaka. Jin setan-pun tidak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi
perbuatan jahat. Guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuri-pun menjauh
dariku. Segala bahaya akan sirna.
Jika kita perhatikan
syair dengan makna siatas, maka akan kita dapati bahwa sebenarnya syair diatas
adalah doa, yang memohon keselamatan dari segala macam petaka, dan gangguan. Baik
itu gangguan dari jenis manusia yang berwujud maling dan sebagainya, atau dalam
wujud penyakit dan gangguan dari makhluk-makhluk halus yang biasanya menyerang
manusia pada saat malam hari. Itula kenapa lagu ini menjadi perlindungan dan
tolak balak di malam hari.
Syair purwa jati diatas
berbentuk macapat (tembang kecil) dan jenisnya adalah dandang-gula. Dengan model
kidung dandanggula yang sudah familiar di telinga orang Jawa, Sunan Kalijaga
menawarkan sebuah doa keselamatan, dan dengan model kidung atau nyanyian tentunya akan lebih mudah
dipahami dan diresapi oleh kaumnya. Sehingga
mereka akan merasa nyaman dengan agama baru yang mereka sandang. Mereka tidak
merasa kesulitan, terpaksa atau dipaksa untuk menjadi orang lain.
Karena kidung diatas
adalah doa memohon keselamatan maka tentunya akan menjadi doa yang makbul jika
di baca dengan yakin, dan meminta hanya kepada Allah swt . karena doa apapun
akan mujarab ketika sang pendoa mengerti makna doa yang diucapkan, dan dibaca
dengan segenap jiwa.
2 komentar:
Yo apik apik. Tapi itu bukan suatu alternatif doa, seperti makanan luar yang dikonversi sesuai selera setempat. karena konsep ketuhanan Jawa sebelum islam masuk sebenarnya juga sudah jelas, dan semakin lengkap pula dengan adanya islam, jadi kidung seperti itu juga merupakan doa, namun konsep pemikirannya bukan suatu alternatif lain, namun memang suatu bentuk doa dalam Tradisi jawa. Mator suwon
alternatif dalam konteks Islam, bukan berarti orang Jawa sebelum islam tidak mengenal doa. hanya saja menurut sunan kalijaga doa dengan model ini akan lebih efektif ketimbang menggunakan bahasa lainnya yang mungkin belum bisa dimengerti. nah sebagai alternatif dikaranglah kidung ini, karena menurut Sunan Kalijaga agama adalah masalah kecocokan dan kedamaian batin, jadi tidak perlu dipersulit...(just my one cent opinion)...matur nuwun rawuhipun.....rahayu_/\_
Posting Komentar